Perabotan Rumah Tangga – Saya selalu sedih jika mendengar kata rumah. Bagi saya, rumah bukan hanya sekadar tempat untuk pulang, namun juga tempat di mana awal cinta dimulai dengan harapan untuk mewujudkan impian.
Saya teringat beberapa tahun silam saat saya memutuskan untuk kuliah di Jogja. Hari pertama di Jogja begitu berat, semacam ada hal yang membuat saya rindu. Saya pikir, saya rindu teman SMA saya, ternyata saya salah. Satu-satunya hal yang membuat saya rindu adalah rumah.
Bukan hanya kedua orang tua dan adik saya, tapi suasana dan seisinya pun membuat saya rindu. Apa yang saya lakukan? Saya hanya bisa menangis menahan rindu. Sebegitu berat meninggalkan rumah kala itu. Hingga akhirnya saya sadar bahwa ketika kita keluar dari rumah, di situlah kita harus mengasah kemampuan untuk berkembang dan menghadapi dunia.
Berbohong? Ya, saya tahu itu salah. Saya sering berbohong ketika Ibu saya menelpon dan menanyakan kabar saya. Saya selalu bilang bahwa saya baik-baik saja, walaupun untuk makan pun agak sulit. Saya hanya berusaha untuk menenangkan orang-orang rumah.
Saya pun tahu bahwa Ibu saya juga sering berbohong ketika saya menanyakan pekerjaan Ayah saya. Ibu saya bilang bahwa pekerjaan Ayah saya lancar-lancar saja, padahal kala itu keadaan sedang sulit. Ya Allah, saya pun sedih jika mengingat kejadian saat itu.
Setelah hampir 10 tahun saya kuliah dan bekerja di Jogja, akhirnya saya dimutasi kerja ke Banyuwangi. Artinya saya semakin dekat dengan rumah saya, yaitu Situbondo. Selama tinggal di Banyuwangi apakah saya sering pulang ke rumah? Belum tentu, karena saya akan sangat sedih jika berada di rumah. Melihat kondisi orang tua, adik saya, dan saudara saya lainnya. Bukan karena saya nggak sayang mereka, justru bukti cinta seorang anak laki-laki itu berbeda dan nggak mau ditunjukkan.
Cinta Pertama Dimulai dari Rumah
Saya termasuk anak laki-laki yang gengsi untuk menyatakan cinta kepada keluarga. Tapi, di balik itu semua saya sangat cinta dan sayang kepada adik dan kedua orang tua saya. Perhatian saya kepada mereka mungkin agak sedikit berbeda dengan anak lainnya.
Kapan saya mulai mengenal cinta? Saat adik saya lahir. Sebagai anak pertama, saya selalu diajarkan untuk menjaga adik saya, memberikan contoh yang baik, beribadah, belajar yang rajin, dan memiliki prestasi. Awalnya saya pikir buat apa saya harus seperti itu?
Tapi, seiring berjalannya waktu dan kami sama-sama tumbuh dewasa, saya sadar bahwa itulah yang namanya wujud cinta terhadap keluarga. Masya Allah, ternyata kedua orang tua saya lah yang mengajarkan cinta pertama kali di rumah sederhana yang kami miliki.
Semakin lama saya juga menemukan arti cinta lainnya di dalam rumah. Ibu saya sering menyapu dan membersihkan perabotan waktu pagi dan sore hari. Ternyata apa yang dilakukan oleh Ibu saya merupakan wujud cinta kepada apa yang dimiliki di dalam rumah. Sesimpel itu ternyata makna cinta yang saya temukan, hingga saya juga mempraktikkannya di tanah rantau.
Berbeda dengan Ayah saya. Beliau selalu merapikan sandal ketika akan masuk ke dalam rumah. Serapi itu? Ya, contohnya memberdirikan sandal basah setelah dari kamar mandi. Percaya nggak percaya, apa yang saya lihat sejak kecil dapat memberikan impact kepada saya hingga saat ini.
Banyak Harapan Tersirat untuk Diwujudkan
Rumah? Ya, satu kata yang selalu memberi motivasi kepada saya. Motivasi untuk mewujudkan banyak harapan dan kebahagiaan bagi orang di dalamnya. Saya diajarkan untuk belajar, belajar, dan terus belajar. Belajar apa? Ya belajar apapun yang saya alami, karena hidup ini banyak memberikan pelajaran bagi kita.
Harapan demi harapan saya tulis di dalam rumah. Suatu saat nanti, saya harus bisa mewujudkannya dengan usaha saya sendiri. Saya nggak muluk-muluk untuk memiliki rumah yang bagus, mewah, dan megah. Mengapa? Karena dari kecil saya hidup dalam kesederhanaan.
Saya bahagia dengan kesederhanaan tersebut. Bukan soal rumahnya, tapi suasana rumah lah yang lebih penting. Harapan terbesar saya adalah memberikan rumah untuk kedua orang tua saya yang layak. Saya tahu bahwa mereka sudah berjuang menyekolahkan saya hingga kuliah.
Rumah itu bukan tempat, namun perasaan. Perasaan cinta, kedamaian, dan kebahagiaan untuk menciptakan harapan-harapan baru untuk diwujudkan.
Mewujudkan Impian dari Rumah
Impian akan terwujud ketika orang rumah sudah mendukung dan merestui jalan yang kita pilih. Siapa sangka anak dari desa terpencil seperti saya bisa kuliah di kota besar, pernah masuk TV, dan beberapa kali ke luar negeri gratis berkat prestasi.
Jadi, ketika kita memiliki impian yang divisualisasikan, niscaya impian tersebut bisa terwujud. Di rumah, saya selalu bermimpi untuk bisa seperti orang lain. Ternyata hal-hal kecil yang diajarkan oleh kedua orang tua saya memiliki dampak positif bagi kehidupan saya dalam mewujudkan impian. Sesederhana itu orang tua saya mengajarkan hal kecil yang memiliki dampak besar.
Apakah saya masih memiliki impian yang belum terwujud? Ya, saya ingin memiliki rumah untuk diri saya sendiri dan keluarga kecil saya kelak. Saya akan mengajarkan apa arti cinta kepada anak saya di rumah. Saat cinta sudah tumbuh di dalam rumah, insya Allah dunia pun bisa ditaklukkan.
Itulah makna rumah yang saya temukan setelah saya beranjak dewasa. Lalu, apa makna rumah bagi kalian? Apakah sama dengan saya atau berbeda? Saya yakin setiap orang memiliki makna yang berbeda-beda. Ada yang menemukan hal baru dengan perabotan rumah, ada juga yang menemukan makna rumah setelah renovasi, dsb.
Bicara tentang renovasi, kalian pasti membutuhkan Perabotan Rumah Tangga yang sesuai dengan kebutuhan, kan? Saya yakin bahwa kalian akan mencari referensi melalui internet. Apapun perabotan rumah baru yang kalian butuhkan, jangan sampai menghilangkan makna rumah yang sesungguhnya, ya.
Kalian juga bisa beli perabotan rumah tangga dari brand Olymplast, lho. Mengapa? Karena Olymplast Juaranya Rapikan Rumah, dan mampu memberikan makna bagi rumah baru kalian. Pastinya merupakan solusi untuk hidup yang lebih berkelas dan berkualitas, guys.
Olymplast memiliki berbagai macam produk, mulai dari kursi, tempat penyimpanan, kabinet, lemari pakaian, laci, meja, peralatan rumah tangga, peralatan untuk anak, dan bangku. Selain itu, Olymplast juga memiliki komitmen untuk membuat tempat ternyaman bagi anggota keluarga untuk menghabiskan waktu.
Keempat komitmen di atas membuat saya semakin yakin untuk memiliki rumah untuk keluarga kecil saya kelak. Saya akan menularkan kepada anak saya bahwa rumah adalah tempat awal mula cinta, harapan, dan impian. Rumah juga merupakan tempat di mana kita dicintai, dihargai, dan merasa aman.
Semoga artikel tentang makna rumah dan perabotan rumah tangga ini memberikan insight positif bagi kita semua. Thank you so much for visiting my blog, keep healthy, always be grateful, don’t forget to pray, don’t forget to smile, and see you on my next article.
*****
Trackbacks/Pingbacks