Langkah kaki perlahan diiringi dengan perasaan lelah siang itu membawaku menaiki tangga Fakultas Sains dan Teknologi di kampus tempatku menimba ilmu. Tak seorang pun teman seangkatanku terlihat berkeliaran di koridor fakultas, itu artinya perkuliahan sudah dimulai.

Kebetulan siang itu sedang berlangsung perkuliahan untuk mata kuliah agama, walaupun aku kuliah di jurusan Teknik Informatika, tetapi aku juga mendapat beberapa mata kuliah yang berhubungan dengan Islam. Mata kuliah itulah yang belum pernah ku dapatkan di bangku SMA.

Kampusku adalah salah satu PTN Islam yang memiliki tujuan untuk mengintegrasikan dan menginterkoneksikan antara ilmu agama dan ilmu semesta. Mungkin tujuan tersebut sangat sulit dilakukan, tetapi ternyata gampang banget, guys.

Secara nggak langsung, penerapan integrasi dan interkoneksi dapat kita lakukan mulai dari hal kecil. Tanggung jawabku sebagai lulusan Teknik Informatika kampus Islam tersebut benar-benar harus ku pertanggungjawabkan pada era digital seperti saat ini.

Kiprahku pada dunia digital marketing membuatku harus selalu berhubungan dengan dunia maya. Mungkin, aku termasuk salah satu orang yang menghabiskan waktu berjam-jam bersama media digital setiap hari untuk melakukan pekerjaan.

Yup, seperti hasil survey pada Januari 2019 di atas menyebutkan bahwa rata-rata masyarakat Indonesia menghabiskan waktu sekitar 8 jam 36 menit bersama media digital atau yang kita kenal dengan sebutan internet.

Ternyata, Indonesia juga salah satu Negara yang masuk ke dalam jajaran 5 besar pengguna internet terbesar se-ASEAN lho, guys.

Wah, banyak juga masyarakat Indonesia yang menggunakan dan memanfaatkan kecanggihan teknologi berupa internet ya, nah salah satu layanan internet yang digemari adalah media sosial.

Jadi, kalau kita berbicara mengenai media sosial, pasti banyak banget dampak positif yang kita dapatkan dan banyak pula dampak negatif yang akan kita terima, contohnya adalah HOAX. Beginilah gambaran lingkaran setan HOAX yang dijelaskan oleh Kominfo pada gambar di bawah ini.

Tampak sekali bahwa HOAX cepat sekali menyebar dan diterima oleh semua masyarakat. Jika semua orang menggunakan media sosial untuk hal yang negatif, lalu siapa lagi yang akan menyebarkan hal-hal positif kalau bukan kita.

Akhirnya dari beberapa kasus HOAX yang ada, aku merasa tergugah untuk menerapkan integrasi dan interkoneksi yang ku dapatkan dari kampus, seperti langkah kecil dalam menggunakan media sosial.

Ada beberapa langkah mudah yang dapat kita terapkan dalam bermedia sosial, guys. Misalnya berbagi informasi wisata, berbagi informasi lowongan pekerjaan, berbagi informasi seputar agama, dll.

Sejauh ini aku melakukan beberapa hal positif pada media sosial yang ku miliki (walaupun terkadang ada curhat sedih dan marah juga sih hehehe). Aku pun teringat akan tujuan kampusku tentang integrasi dan interkoneksi, kemudian aku memutuskan untuk membuat sebuah program “Sedekah Digital” melalui media sosial.

Awalnya, aku membuat sebuah polling di Instagram stories yang menanyakan tentang penggalangan dana. Ternyata dari hasil polling tersebut, sebesar 95% teman-temanku setuju untuk bersedekah. Akhirnya aku langsung membuat sebuah banner informasi yang ku posting di Instagram stories, Facebook, dan WhatsApp.

Mengapa program ini ku beri nama Sedekah Digital? Karena menggunakan teknologi digital dalam mempromosikan program untuk mengajak teman-temanku melakukan sedekah. Jadi, disini aku mengumpulkan Donasi dari beberapa teman, kerabat, dan saudara yang ikhlas dalam berbagi kepada orang yang membutuhkan.

Tujuan awal program Sedekah Digital adalah merealisasikan ilmu yang ku dapat dari kampus, dan kebetulan jurusanku adalah Teknik Informatika yang erat kaitannya dengan teknologi digital.

Berbagi itu indah, berbagi itu membahagiakan kita dan orang lain, berbagi membuat semuanya menjadi lebih baik. Setelah ku posting tentang program tersebut di media sosial, ternyata banyak banget yang antusias dan memberikan sedekah melalui transfer ke rekening yang ku tulis pada banner.

Program penggalangan dana berlangsung 6 hari mulai dari tanggal 09 April 2019 sampai 15 April 2019. Alhamdulillah selama 6 hari tersebut, aku berhasil menampung sedekah dari para donatur sebesar Rp. 1.390.084,- dan 2 bingkisan mukenah, jazakallah khairan katsir.

Format laporan pendapatan dana, ku buat secara transparan dan ku posting hasilnya setiap hari pada Instagram dan WhatsApp. Hal ini ku lakukan bukan untuk pamer, melainkan untuk menggugah teman-temanku yang lain untuk bersedekah dan menumbuhkan rasa jangan takut berbagi.

Berkat izin Allah SWT, program Sedekah Digital yang ku buat ini berjalan dengan lancar. Pendistribusian hasil sedekah ku lakukan mulai dari tanggal 16 April 2019. Aku memilih beberapa tempat yang membutuhkan bantuan dana seperti renovasi masjid, panti asuhan, dan pondok pesantren.

Seperempat dari hasil dana yang sudah terkumpul, ku gunakan untuk membeli 30 pasang sandal wudhu, karena setiap langkah orang yang menggunakan sandal tersebut untuk beribadah, maka disitulah pahala akan terus mengalir kepada kita, masya Allah.

Hari pertama, aku mewakili teman-teman yang sudah bersedekah untuk mengunjungi salah satu masjid yang sedang melakukan renovasi, yaitu Masjid Nurussya’ah di Banyuwangi. Aku disambut oleh panitia renovasi masjid dengan suka cita. Sedekah berupa uang tunai, 10 pasang sandal wudhu, dan mukenah langsung ku berikan kepada panitia masjid.

Malam harinya ku lanjutkan untuk mengunjungi pondok pesantren dan juga panti asuhan Syamsul Huda. Merinding rasanya ketika memasuki kompleks panti asuhan tersebut karena melihat beberapa anak yatim yang memiliki semangat belajar di kamarnya masing-masing.

Hari berikutnya aku mengunjungi sebuah pondok pesantren Sunniyah Salafiyah dan masjid Al-Fatah. Pondok pesantren ini khusus untuk santri putra saja, guys. Kebetulan saat aku kesana, santri-santri sedang belajar mengaji di masjid, ah bahagianya melihat mereka belajar.

Kemudian perjalanan mendistribusikan sedekah ku lanjutkan ke sebuah masjid lagi yang sedang melakukan renovasi tempat wudhu. Masjid ini bernama Masjid Jami’ Al-Huda, dimana masjid tersebut sering banget ramai pengunjung yang transit dari perjalanan antar kota.

Alhamdulillah proses pendistribusian berjalan dengan lancar, aku merasa bangga karena bisa mewakili teman-temanku untuk membagikan sedekah dari mereka. Aku merasa bersyukur banget bisa terjun langsung ke lapangan dan merasakan apa yang dirasakan oleh mereka, terutama anak yatim dan santri di pondok pesantren.

Sebetulnya, jika media sosial kita gunakan untuk hal yang positif, maka akan menarik orang lain juga untuk melakukan hal yang sama, guys. Program Sedekah Digital ini mengajarkanku bahwa sebagai manusia, kita harus memiliki jiwa #JanganTakutBerbagi, karena Allah SWT akan memudahkan jalan kita apabila kita memudahkan jalan orang lain, masya Allah.

Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisik-bisikan mereka, kecuali (bisik-bisikan) orang yang menyuruh bersedekah, atau berbuat kebaikan, atau mendamaikan di antara manusia. Dan siapa yang berbuat demikian dengan maksud mencari keridhoan Allah, tentulah Kami akan memberi kepadanya pahala yang amat besar.”

(Q.S An-Nisa Ayat 114)

Integrasi dan interkoneksi sebagai tujuan kampusku menjadi tanggung jawab sebagai alumni kampus tersebut, dan aku mencoba menerapkan tujuan ini dengan membuat program Sedekah Digital.

Kata siapa berbagi itu susah? Era digital seperti saat ini semakin memudahkan kita untuk melakukan sedekah, zakat, infaq, dll. Salah satunya melalui Dompet Dhuafa yang dapat membantu kita untuk berbagi menjadi lebih mudah, bermanfaat, dan bermakna.

Dompet Dhuafa memiliki berbagai macam program penyaluran donasi seperti kesehatan, pendidikan, ekonomi, pengembangan sosial, dan advokasi. Pokoknya, dana kita akan tersalurkan ke orang yang tepat, guys. Mengapa harus menggunakan Dompet Dhuafa?

\

Simpel dan Praktis

\

Cabang di Dalam dan Luar Negeri

\

Visi, Misi, dan Tujuan Sangat Jelas

\

Bisa Konsultasi Online

\

Lembaga yang Transparan

\

Informasi Website Lengkap

Nah, era digital kalau kita manfaatkan sebaik mungkin, maka hasilnya juga akan baik, begitu juga sebaliknya. Kita semua harus memerangi yang namanya HOAX dan menggunakan media sosial secara positif, contohnya adalah berbagi.

Insya Allah bulan Ramadhan besok akan ada lagi program Sedekah Digital edisi Ramadhan, aku berharap semakin banyak teman-temanku yang mau berbagi dan bersedekah demi kebahagiaan kita bersama.

Yuk, sebagai generasi millenials jangan takut berbagi untuk hal-hal yang dibutuhkan oleh masyakat Indonesia. Perangi HOAX, lawan HOAX, dan gunakan teknologi digital untuk berbagi. Berbagi itu indah, berbagi itu membahagiakan, maka nikmat Tuhan mana lagi yang kau dustakan?

*****

“Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog Jangan Takut Berbagi yang diselenggarakan oleh Dompet Dhuafa”