Budidaya Udang – Teknologi menjadi hal yang penting untuk diketahui oleh semua kalangan saat ini, terutama bagi pemilik bisnis. Mengapa harus sadar teknologi? Karena mampu memudahkan pengelolaan bisnis, sebagai salah satu inovasi, dan pastinya bisa membuat bisnis semakin berkembang.
Salah satu bisnis yang memanfaatkan IoT (Internet of Thing) adalah Paundra Noorbaskoro, seorang pembudidaya udang ramah lingkungan berbasis teknologi. Singkat cerita, tahun 2018 Paundra Noorbaskoro bersama tiga temannya memulai usaha tambak udang vaname di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Mereka memanfaatkan lahan-lahan yang tidak produktif.
Apakah langsung berhasil? Tentu saja tidak. Mereka gagal beberapa tahun pertama, lalu pada tahun 2020 dia berinisiatif memanfaatkan Internet of Things (IoT) untuk mengontrol kondisi kolam dan kualitas air di tambaknya. Tahun 2022 data tambak dicatat dan diolah menggunakan aplikasi yang dikembangkannya sendiri.
Aplikasi tersebut mampu mengendalikan limbah dan membangun system smart farm village dengan IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) di Kabupaten Pacitan dan Trenggalek. Tambak yang dikembangkannya ini kemudian berbuah manis. Usaha yang dikembangkan oleh Paundra Noorbaskoro terus bertumbuh.
Tercatat hingga saat ini Paundra Noorbaskoro mengoperasikan 20 kolam budidaya udang vaname dengan luas total 10 ribu meter. Luar biasa, bukan? Ini semua berkat inovasi bisnis yang memanfaatkan IoT (Internet of Thing).
Fungsi Teknologi bagi Perkembangan Bisnis?
Cara kerja dari aplikasi yang dikembangkannya adalah menggunakan laptop untuk pengoperasiannya. Salah satu karyawan dari Paundra Noorbaskoro mengisi kolom-kolom yang ada di layar laptop dengan angka-angka yang sudah ditentukan. Sesekali, ia melihat tambak udang kemudian kembali ke layar laptopnya. Memang canggih jika bisnis bisa memanfaatkan IoT (Internet of Thing).
Paundra Noorbaskoro, si penggagas tambak udang vaname berkonsep Internet of Things (IoT) yang ramah lingkungan di kawasan Pantai Pidakan ini mampu mendobrak tradisi lama, sehingga bisa menjadi inspirasi bagi pebisnis lainnya.
Konsep Internet of Things (IoT) dalam proses budidaya udang vaname ini sangat bermanfaat dan memiliki dampak positif bagi dirinya dan orang lain. Paundra Noorbaskoro adalah seorang alumnus Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang. Ia mengaku menciptakan sendiri pengelolaan tambak udang berbasis IoT yang ramah lingkungan.
Penerapan IoT (Internet of Thing) berfungsi sebagai pengontrol kondisi tambak dan air dengan baik dan secara real time. Ia juga telah membuktikan dengan mengelola tambak menggunakan sistem IoT (Internet of Thing) membuat hasil panen udang vaname menjadi lebih melimpah.
Dalam penerapan sistem IoT (Internet of Thing), Paundra Noorbaskoro tidak semudah membalikkan telapak tangan. Ada pengorbanan yang dilakukan, seperti investasi waktu, biaya, dan tenaga. Semuanya tidak terjadi secara instant, melainkan butuh beberapa pengorbanan yang harus dilakukan.
Sebagai alumnus Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Paundra Noorbaskoro kembali belajar perihal budidaya udang. Mulai dari membaca berbagai macam jurnal ilmiah dan menonton tayangan di YouTube. Lalu Ia mulai mengkaji dan mencari solusi untuk perkembangan bisnisnya.
Paundra Noorbaskoro membeli delapan kolam bundar untuk kebutuhan riset. Awalnya fokus meneliti penyakit yang kerap menyerang udang vaname, seperti hepatopankreas atau early mortality Syndrome (EMS). Setelah itu, Ia mulai mencari penyebab-penyebab penyakit udang melalui penelitian ilmiah yang dilakukannya, dan meracik komposisi pakan yang tepat.
Aspek penelitian berikutnya yang kerap menjadi masalah adalah kondisi air. Kemudia Ia melakukan riset air dan mengumpulkan beberapa air tambak yang bermasalah penyebab udang mati. Dari data tersebut, Ia menemukan penyakit yang seringkali menyerang udang vaname di Pacitan, yaitu EMS, Myo, dan White Feces atau feses udang berwarna putih.
Setelah Paundra Noorbaskoro melakukan beberapa penelitian, akhirnya Ia mencari formula untuk mengatasinya. Proses riset tersebut membutuhkan biaya yang tidak sedikit dan waktu yang tidak sebentar, yaitu sekitar hampir satu tahun pada 2021.
Mengapa IoT (Internet of Thing)?
Berbagai pengalaman riset yang dilakukannya, akhirnya Paundra Noorbaskoro memutuskan untuk menerapkan IoT (Internet of Thing). Aplikasi tersebut mempermudah dalam mengontrol kondisi air tambak. Melalui gadget, Paundra Noorbaskoro membuat aplikasi yang terhubung dengan data-data kondisi air kolam.
Aplikasi tersebut mampu mengontrol kualitas air yang dibutuhkan oleh udang, terutama bagi kesehatan udang. Penerapan IoT (Internet of Thing) juga mampu mengetahui perkembangan dan kesehatan udang vaname di dalam kolam.
Kemudahan lain yang dirasakan adalah saat pendataan udang, seperti berat udang bisa langsung diketahui tanpa harus memanennya. Paundra Noorbaskoro menyampaikan sistem berbasis IoT (Internet of Thing) yang dikembangkan ini bisa juga diprogram untuk mengetahui waktu panen udang. Pada panen awal, Paundra Noorbaskoro hanya mengambil 20% dari total isi kolam. Pada usia itu, ukuran udang sudah sekitar 5,5 gram.
Berkat penerapan IoT (Internet of Thing) ini, Paundra Noorbaskoro mampu mengekspor udang hingga ke luar negeri. Semoga artikel ini memberikan impact yang positif bagi para pebisnis yang ingin IoT (Internet of Thing) menerapkan juga. Thank you so much for visiting my blog, and see you on my next article.
*****
Trackbacks/Pingbacks