Kusta – Penyakit kutukan? Tentu saja nggak dong. Kusta merupakan jenis penyakit kulit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Leprae. Nah, penyakit ini bisa menular dari satu orang ke orang lain melalui berbagai percikan cairan, seperti saluran pernapasan. Maka dari itu, ketika bersin dan batuk alangkah lebih baiknya ditutup, guys.
Jangan sampai tertular dan jangan sampai menularkan ke orang lain. Indah banget jika sama-sama menjaga, kan? Bagaimana jika bersalaman atau duduk bersama? Aman, guys, karena kita nggak akan tertular hanya karena bersalaman atau duduk bersama. Cara terbaiknya sih rajin mencuci tangan dan membawa hand sanitizer.
Di Indonesia kasus kusta pada tahun 2020 sebanyak 18 ribu penderita yang tersebar di 341 kabupaten/kota. Pemerintah sendiri terus berusaha mengurangi jumlah kasus tersebut dengan berbagai cara, seperti promosi kesehatan, pencegahan penularan, dan pengobatan.
Sebetulnya kusta termasuk jenis penyakit yang membutuhkan waktu lama untuk untuk berkembang biak, sehingga terkadang nggak bisa dideteksi oleh penderita. Apa saja sih gejala umum kusta yang bisa dirasakan oleh penderita?
Kulit Mati Rasa
Tiba-tiba kulit kita kehilangan kemampuan atau mati rasa terhadap sentuhan, tekanan, suhu, dll.
Muncul Lesi
Lesi adalah istilah kedokteran yang berarti jaringan abnormal. Lesi muncul agak pucat, terang dan menebal di kulit.
Muncul Luka
Mungkin di antara penderita memiliki gejala muncul luka di tubuh, namun nggak ada rasa sakit sama sekali.
Pembesaran Syaraf
Pembesaran syaraf bagi penderita kusta biasanya terjadi di sekitar siku dan lutut. Kalian bisa cek secara berkala.
Otot Melemah
Kemampuan otot pun menjadi lemah, terutama otot pada bagian kaki dan tangan. So, tetap waspada, guys.
Kehilangan Alis
Alis dan bulu mata akan rontok secara perlahan. Hal ini juga merupakan gejala yang dialami penderita kusta.
Mata Kering
Mata yang biasanya lembab dengan cairan air mata berubah menjadi kering, dan menjadi jarang berkedip.
Mimisan
Mimisan jugs bisa terjadi pada penderita kusta. Selain itu, hidung tersumbat, dan kehilangan tulang hidung.
Apakah kalian merasakan beberapa gejala di atas? Jika merasakan, segera periksa dan lakukan konsultasi ke dokter untuk penanganan lebih lanjut. Di tengah pandemi seperti saat ini, ada beberapa kendala yang dialami oleh petugas kesehatan untuk mendeteksi masyarakat yang terjangkit kusta, seperti yang terjadi di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan.
“Penderita kusta di Bone sebelum pandemi yaitu 2,5/10rb penduduk, dan situasi selama pandemi mengalami stagnan, yaitu 1,7/10rb penduduk.”
Komarudin, S.Sos. M.Kes. (Wasor Kusta Kab. Bone)
Ya, di Bone sendiri ada beberapa cara yang dilakukan untuk mencari penderita kusta sebelum divonis kusta, diantaranya yaitu mencari masyarakat yang memiliki kelainan kulit, seperti panu, kadas, kurap, dan kelainan lainnya. Setelah itu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dan divonis kusta apabila memang terjangkit kusta.
Hasil dari webinar yang saya ikuti di Ruang Publik KBR bahwa temuan kusta di Kabupaten Bone selama tahun 2020 yaitu 140 penderita. Jumlah ini menurun jika dibandingkan dengan temuan tahun 2019 dengan total 195 penderita. Apakah angka tersebut sudah valid? Belum tentu, karena terkendala pandemi untuk bertemu dengan masyarakat dan melakukan pemeriksaan.
Selama pandemi, petugas kesehatan merasa bahwa inklusivitas pemberantasan kusta kurang diperhatikan, karena semuanya fokus untuk menghentikan pandemi. Semoga saja inklusivitas pemberantasan kusta nggak diabaikan supaya Indonesia bebas kusta.
Pemberantasan Kusta di Tengah Pandemi
Seperti yang telah kita ketahui bahwa pandemi belum selesai, dan kusta pun akan terus menghantui kita. Lalu, apa yang harus dilakukan? Apakah kita hanya diam saja? Atau ikut berpartisipasi dalam memberantas kusta? Jadi, ada beberapa hal yang bisa kita lakukan, guys, diantaranya adalah :
1. Jaga Jarak
Hal pertama yang harus dilakukan adalah menjaga jarak. Sebisa mungkin batasi diri kita ketika bertemu dengan orang baru, karena kita nggak tahu orang tersebut apakah terjangkit kusta, dan apakah kita sendiri yang terjangkit. Sama-sama saling menjaga adalah cara terbaik, kan?
2. Jaga Imun Tubuh
Kedua, sebisa mungkin kita harus selalu menjaga sistem imun tubuh, karena ketika imun kita lemah akan mudah terjangkit oleh virus apapun. Jadi, luangkan waktu setidaknya 30 menit setiap hari untuk berolahraga, seperti gym, renang, jogging, dll. Kita juga harus menjaga pola makan, pola tidur, dan mulai bergaya hidup sehat.
3. Pendampingan Intensif
Bagi penderita kusta, berikan pendampingan intensif untuk menjaga kesehatan mentalnya. Nggak perlu juga dikucilkan dan hindari diskriminasi, sebab kusta bukanlah penyakit kutukan. Dampingi mereka untuk melakukan pengobatan di puskesmas terdekat, karena biayanya gratis, guys.
4. Perlu Adanya Edukasi
Ya, edukasi memang perlu dilakukan untuk penderita maupun non penderita. Tujuannya supaya sama-sama paham dan mengerti tentang kusta, cara penanganan, dan cara pengobatannya. Sesering mungkin membaca artikel kesehatan untuk memperluas wawasan kita dan menumbuhkan awareness.
Itulah beberapa cara mudah untuk memberantas kusta yang bisa dilakukan. Pokoknya jangan sampai ada kusta di antara kita, ya. Terkadang diskriminasi terjadi karena kurangnya edukasi terhadap masyarakat. Maka dari itu, ada beberapa fakta yang harus diketahui agar nggak ada lagi yang namanya diskriminasi.
7 Fakta tentang Kusta
Webinar yang saya ikuti tanggal 31 Mei 2021 di Ruang Publik KBR bersama NLR Indonesia, mengungkapkan beberapa fakta menarik tentang kusta, diantaranya adalah :
- Orang yang pernah mengalami kusta nggak selalu mengalami disabilitas pada tangan, jari, dan kaki. Jika segera diobati, maka disabilitas bisa dicegah.
- Pengobatan kusta dilakukan di Puskesmas setempat, dan obatnya GRATIS hingga selesai pengobatan.
- Orang yang pernah mengalami kusta jarang sekali bisa tertular kembali (reinfeksi), tetapi bisa mengalami reaksi nyeri syaraf dan demam.
- Orang yang pernah mengalami kusta, tapi sudah berobat di Puskesmas hingga tuntas (selama 6-12 bulan), maka ia nggak akan menularkan kusta lagi.
- Kusta memang penyakit menular, tapi sangat sulit menular. Berdasarkan survey, 100 orang yang terpapar kusta, hanya 3 orang saja yang tertular dan perlu diobati.
- Jika ada bercak putih atau kemerahan atau gelap di kulit (seperti panu), segera lakukan pemeriksaan di Puskesmas.
- Jangan takut berdekatan dengan orang yang pernah mengalami kusta, sebisa mungkin berikan edukasi dan lakukan pendampingan intensif.
Semoga fakta-fakta di atas membuat kita semakin memahami tentang kusta. Artikel ini pun mengajak kalian semua untuk sama-sama memberantas kusta, rajin melakukan pemeriksaan fungsi syaraf (mata, tangan, dan kaki), tetap menerapkan protokol kesehatan, dan tetap waspada.
Bagaimana dengan orang yang terlanjur cacat kusta? Jadi, bagi orang yang terlanjur cacat kusta bisa melakukan perawatan mandiri, seperti merendam luka kaki di air dan dibersihkan, lalu dioles dan dibalut sesuai anjuran petugas kesehatan, guys.
For your information bahwa orang yang pernah mengalami kusta itu nggak selalu mengalami disabilitas (kecacatan) pada tangan, jari, dan kaki, lho. Prinsipnya, jika penderita kusta segera ditemukan dan diobati, maka disabilitas bisa dicegah. Semua pasien kusta yang telah selesai minum obat di puskesmas, nggak akan menularkan kusta, kok.
Semoga artikel tentang kusta ini bermanfaat. Thank you so much for visiting my blog, keep healthy, always be grateful, don’t forget to pray, don’t forget to smile, and see you on my next article.
*****
Kalau tangan dan kaki tak bertenaga apakah termasuk gejala kah?
Wah, cb langsung ke dokter aja kak hehe
Edukasi yg mantuulll, Joe!
Keren sangat nih pilihan gambar dan infografisnya ciamik.
Soale, jujurly, aku sering ngga nyaman kalo disodorin blogpost dgn poto2 yg terlampau ‘nyata’ (if you know what I mean hahahhaha)
Hehhee iya mbak, mksh sudah mampir yesss