Ada cerita menarik ketika aku pulang liburan dari Malaysia. Di sana, aku dan teman-temanku mengunjungi salah satu cagar budaya yang ada di Propinsi Melaka Raya, tepatnya di pusat kota Melaka.

Sebuah bangunan tua berupa gereja yang penuh dengan nilai-nilai sejarah lah yang menjadi daya tarik kota tersebut. Di depan gereja ada sebuah patung pastor yang sangat berpengaruh pada zaman dahulu bagi rakyat Melaka Raya.

Aku sempat membaca tulisan yang ada di depan bangunan tersebut yang menjelaskan bahwa gereja ini di bangun pada tahun 1521 dan merupakan gereja Katolik tertua di Asia Tenggara.

Sesampainya di Indonesia, aku langsung tergugah untuk meng-explore cagar budaya yang ada di Tanah Air. Kebetulan sepulang dari Malaysia, aku menaiki kereta api dari Stasiun Gambir Jakarta menuju Stasiun Pasar Turi.

Aku merenung sejenak sambil menikmati secangkir kopi di depan Stasiun Pasar Turi sebelum temanku datang menjemputku di stasiun. Stasiun Pasar Turi ini juga merupakan salah satu cagar budaya yang ada di Surabaya.

Berhubung masih penasaran dengan beberapa cagar budaya Surabaya, aku memutuskan untuk menginap beberapa hari di kos temanku yang bekerja di Surabaya. Tujuanku extend di Surabaya hanyalah ingin meng-explore cagar budaya yang ada di Surabaya.

Rasa penasaran yang ku rasakan membuatku mencari informasi mengenai beberapa cagar budaya Surabaya melalui internet. Taraaa, aku menemukan berbagai informasi cagar budaya mulai dari gedung perkantoran, monumen, bangunan publik, rumah sakit, panti asuhan, tempat olahraga, penjara, gedung kesenian, jembatan, stasiun, bangunan umum, rumah ibadah, gedung sekolah, perumahan, pertokoan, kawasan, dan makam.

Banyak sekali cagar budaya Surabaya yang harus dijaga dan dilestarikan. Aku pun memutuskan untuk mengunjungi salah satu cagar budaya tersebut dari kategori gedung perkantoran swasta yaitu House of Sampoerna yang di bangun sekitar tahun 1862 dan di beli oleh Liem Seeng Tee selaku pendiri Sampoerna pada tahun 1932.

Aku memilih House of Sampoerna karena di sekitar lokasi tersebut banyak juga beberapa bangunan-bangunan bersejarah yang berdekatan seperti kantor perbankan dan jembatan merah, sehingga aku bisa menjelajahi dan menikmati keindahan arsitektur gedung-gedung tersebut secara bergiliran.

Pagi itu cuaca sangat cerah, aku langsung menuju ke House of Sampoerna bersama temanku dengan menggunakan motor. Hanya sekitar 10 menit perjalanan, kami pun sampai di lokasi. Senyum dan tegur sapa yang ramah dari bapak satpam yang sedang bertugas, membuatku merasa lebih akrab dan merasa dihargai sebagai tamu.

Bapak satpam yang menghampiri kedatangan kami langsung memberikan nomor parkir supaya motor aman. Di sebelah parkir motor, ada 2 buah mobil long wheelbase buatan Inggris koleksi Putera Sampoerna yang masih kece.

Kesan pertama masuk ke tempat ini adalah bersih dan sangat terasa bahwa House of Sampoerna merupakan cagar budaya. Di sambut oleh senyuman guide di depan pintu museum membuatku semakin penasaran dengan bangunan ini.

Langsung saja aku menghampiri guide tersebut untuk bertanya-tanya mengenai sejarah House of Sampoerna dan apa saja yang ada di museum tersebut. Di dalam museum House of Sampoerna terdiri dari 2 lantai dan 3 station pada lantai 1, diantaranya adalah :

Station 1

Pada station ini, kita dapat mengetahui beberapa benda yang digunakan oleh Liem Seeng Tee pada zaman dahulu seperti perabotan, sepeda, dll. Selain itu, kita juga dapat mengetahui beberapa jenis tembakau yang di produksi.

Station 2

Lanjut ke station berikutnya, kita dapat mempelajari cara memproduksi tembakau pada zaman dahulu melalui foto dan caption pada foto tersebut. Di sisi kiri station juga menampilkan beberapa direksi perusahaan zaman dahulu.

Station 3

Ini merupakan station terakhir di lantai 1 yang memberikan kita pengetahuan mengenai CSR, packaging, mesin cetak kuno, alat marching band, dan beberapa produk Sampoerna yang dipasarkan.

Ada hal unik dan menarik yang membuatku penasaran dengan konsep lantai pemisah yang digunakan antara station 2 dan station 3 guys, yaitu dengan penataan lantai yang agak miring dengan kubangan di bagian tengah.

Ternyata penataan lantai tersebut nggak sembarangan lho, melainkan berdasarkan dengan Feng Shui yang memiliki makna bahwa kubangan tersebut diyakini dapat membuat uang kita terkumpul guys, wah luar biasa ya?. Cieee penasaran dengan penjelajahanku di House of Sampoerna kan? Yuk, simak informasi selengkapnya melalui video di bawah ini.

Seru banget kan? hehehe. Nah, setelah puas menjelajahi isi museum, aku pun keluar dan mengelilingi komplek House of Sampoerna. Ternyata di sini juga ada pusat souvenir, restoran, dan beberapa fasilitas lain seperti musholla, toilet, hingga bus gratis yang dapat membawa kita berkeliling Surabaya guys.

Jadi, dengan mengunjungi House of Sampoerna yang terletak di daerah Pabean Cantian Surabaya, aku banyak mengetahui sejarah yang terjadi di Surabaya. Sebagai generasi muda yang aktif di media sosial, aku berharap dapat memberikan informasi kepada seluruh generasi muda Indonesia untuk menjelajahi cagar budaya Surabaya, salah satunya adalah House of Sampoerna.

Lalu, apa saja yang bisa kita lakukan di House of Sampoerna? Apakah hanya melihat-lihat? Eitzzz jangan salah, ini dia beberapa hal yang dapat kita lakukan guys :

\

Melihat Produksi

Proses produksi tersebut dapat kita lihat hanya sampai pukul 13.00 WIB.

\

Belajar Sejarah

Kita juga dapat mempelajari beberapa sejarah perkembangan Surabaya.

\

Influencing

Mempengaruhi orang lain melalui sosial media untuk mengunjunginya juga.

\

Belanja

Membeli beberapa souvenir untuk saudara dan keluarga kita di rumah.

\

Nongkrong

Menikmati kopi dan bangunan bersejarah di restoran yang tersedia.

\

Menambah Konten

Bagi kita sebagai content creator, kita dapat menambah koleksi konten.

Indonesia butuh generasi muda untuk menjaga warisan budaya tersebut, dan inilah caraku untuk mengenalkan cagar budaya yang sangat historikal ke penjuru dunia melalui tulisan.

Bukan hanya House of Sampoerna, tetapi masih ada puluhan cagar budaya lain di Surabaya yang patut kita jelajahi agar kita lebih mengetahui warisan tersebut. Setelah mengetahui, maka secara tidak langsung kita akan menjaga dan melestarikan cagar budaya sebagai saksi bisu sejarah perkembangan Surabaya dari masa ke masa.